ILMU
UKUR TANAH
Secara umum Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik dipermkaan. Ilmu Ukur Tanah
merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai
dua maksud, yaitu :
1. Maksud ilmiah : menentukan permukaan bumi.
2. Maksud Praktis : Membuat bayangan dari sebagian besar atau kecil permukaan
bumi yang dinamakan peta.
Ilmu Ukur Tanah sendiri terbagi menjadi dua bagian penting, yaitu :
1. Geodesi rendah yang disebut Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying)
2. Geodesi tinggi yang disebut Geodetical Surveying.
Dalam hal yang dapat kita pelajari adalah ilmu geodesi dengan maksud praktis.
Jadi Ilmu Geodesi yang kita pelajari adalah peta. Artinya bagaimana melakukan
pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk yang tidak beraturan
karena adanya perbedaan ketinggian tempat antara satu dengan yang lainnya.
Penempatan lokasi yang ada secara tepat dan sistematis termasuk bagian dari
geodesi
ALAT-ALAT UKUR TANAH
Alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan guna mengukur jarak dan
atau sudut. Alat-alat yang digunakan ada yang tergolong sederhana dan ada yang
tergolong modern. Sederhana atau modernnya alat ini dapat dilihat dari komponen
alatnya dan cara menggunakannya.
Pada umumnya dikenal dikenal bebrapa alat ukur, antara lain :
A. WATERPAS (Penyipat Datar)
Waterpas adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong dengan dilengkapi nivo
dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ka arah horizontal.
Alat ini tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod level, karena alat
ini bila digunakan harus dipasang diatas kaki tiga atau statif.
I. Prinsip kerja alat.
Yaitu garis bidik kesemua arah harus mendatar, sehingga membentuk bidang datar
atau horizontal dimana titik – titik pada bidang tersebut akan menunjukkan
ketinggian yang sama.
II. Kegunaan alat.
Fungsi utama :
1. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi,
sehingga titik – titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian yang
sama.
2. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang
dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik – titik
tertentu, maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari
titik – titik tersebut.
Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah bagian alat
lainnya. Umumnya alat ukur waterpas ditambah bagian alat lain, seperti :
1. Benang stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan dibawah serta
sejajar dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan
adanya benang stadia dan bantuan alat ukur waterpas berupa rambu atau bak ukur
alat ini dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar.
Pengukuran jarak dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.
2. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan
skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan
dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak
dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke
dua titik tersebut dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat
difungsikan sebagai alat pengukur sudut horizontal.
III. Bagian – bagian alat ukur waterpas beserta fungsinya.
Alat ukur waterpas yang sederhana hanya terdiri dari empat komponen atau bagian
alat yaitu :
1. Teropong yang didalamnya terdapat lensa obyektif, lensa okuler dan
diafragma,
2. Nivo kotak dan nivo tabung
3. Sumbu satu dan,
4. Tiga skrup pendatar.
Namun bagian – bagian utama dari alat ukur waterpas NK1/NK2 dan fungsinya sbb:
1. Teropong, berfungsi sebagai alat pembidik.
2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secaara kasar sebelum dibidik
dilakukan melalui teropong atau lubang tempat membidik.
3. Lubang tempat membidik.
4. Nivo kotak, digunakansebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan tegak atau
tidak. Bila nivo berada ditengah berarti Sumbu Satu dalam keadaan tegak.
5. Nivo tabung adalah penunjuk apakah garis bidik sejajar garis nivo atau
tidak. Bila gelembung nivo berada di tengah atau nivo U membentuk huruf U,
berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.
6. Pemokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keadaan benang diafragma.
7. Skrup pemokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran yang dibidik
dari teropong terlihat dengan jelas.
8. Tiga skrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak
9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U membentuk huruf U
10. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk
1. menepatkan bidikan benang difragma tegak tepat disasaran yang dibidik
2. Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar teropong dapat
diputar kea rah horizontal
3. Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat berfungsi sebagai
alat bacaan sudut horizontal
4. Lubang tempat membaca sudut horizontal.
5. Pemokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan sudut
IV. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpas
Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :
(1) Memasang alat di atas kaki tiga
Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya
harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus
dikuasai adalah memasang alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini
jangan dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang
ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini
harus diperhatikan juga antara lain :
a. Kedudukan dasar alat waterpas dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.
b. Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga
tersebut
c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak
mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat
terlepas
(2) Mendirikan Alat ( Set up )
Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga
tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi
persyaratan berikut:
a. Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah
b. Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung
nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.
(3) Membidikan Alat
Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke
sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas,
memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir
menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran
yang diinginkan
(4) Membaca Hasil Pembidikan
Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :
(1) Pembacaan Benang atau pembacaan rambu
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur yang
dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan
bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan
Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut
Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah
(BB). Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas dan
bawah sama, maka :
BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan.
Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
a. Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara rambu-rambu
ukur yang dibidik.
b. Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara tempat
berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan
ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan m atau
cm.
Sebagai contoh terlihat pada Gambar
(2) Pembacaan Sudut
Waterpas seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala,
sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal.
Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :
a. Satuan derajat
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi
kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”)
b. Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi
lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid
(1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpas
NK2 dari Wild
B. Teodolit (Alat Ukur Sudut)
Teodolit adalah alat ukur sudut baik horizontal maupun vertikal sehingga pada
alat ini teropong harus dapat berputar pada dua lingkaran berskala, yaitu
lingkaran berskala tegak dan mendatar. Alat ini juga tergolong alat berkaki
tiga yaitu pada operasionalnya harus terpasang berkaki tiga atau statif.
I. Prinsip kerja alat.
Teropong atau lebih tegasnya benag diafragma mendatar pada jarak tertentu, bila
diputar mendatar harus membentuk bidang horizontaldan benang diafragma tegak
bila diputar ke arah tegak harus membentuk atau mengikuti bidang vertikal.
II. Kegunaan alat.
Teodolit dinyatakan sebagai alat ukur sudut, karena alat ini disiapkan atau
dirancang untuk mengukur sudut baik sudut vertikal maupun horizontal. Oleh
karena itu kegunaan alat ukur ini adalah untuk mengukur sudut. Kegunaan lain
alat ukur ini yaitu dengan bantuan rambu ukur dapat digunakan sebagai pengukur
jarak baik jarak horizontal maupun miring dan mengukur beda tinggi dengan
menggunakan metode. Theodolit dipasang di tripod. Sumbu kesatu sudah dalam
keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo kotak ada di
tengah. Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang diperlihatkan oleh
gelembung nivo tabung ada di tengah. Pada pembidikan alat yang diatur adalah
benangnya karena teropong theodolit penggunaannya tidak harus mendatar.
III. Bagian alat – alat ukur beserta fungsinya :
1. Teropong, berfungsi sebagai pembidik
2. Visir, selain berfungsi sebagai alat pengarah secara kasar, juga berfungsi
sebagai penunjuk bacaan sudut, yaitu apabila posisinya berada di atas maka
pembacaan alat disebut sebagai bacaan biasa, sedangkan bila posisi visir ada di
bawah maka disebut sebagai bacaan luar biasa. Bacaan biasa dan luar biasa
berselisih 1800 atau 200g
3. Nivo tabuung, sebagai petunjuk pengaturan sumbu kedua atau sumbu mendatar
gelembung nivo berada di tegah berarti sumbu kedua dalam keadaan mendatar.
4. Kunci gerakan vertical, berfungsi untuk mengunci agar teropong tidak
bergerak kea rah vertical dan bila terkunci gerakan halus vertical akan
berfungsi.
5. Sumbu kedua, berfungsi agar teropong dapat bergerak atau berputar kea rah
vertical.
6. Pemokus bidikan, berfungsi memperjelas sasaran yang di bidik.
7. Pemokus diafragma, berfungsi memperjelas keberadaan benang diafragma.
8. Teropong alat pembacaan sudut vertical.
9. Lingkaran vertical, lingkaran berskala yang menunjukkan bacaan sudut
vertical.
10. Pemokus bacaaan sudut vertical, berfungsi memperjelas skala bacaan sudut
vertical.
11. Skrup pengatur gerakan halus vertical, berfungsi untuk menepatkan bidikan
atau benang diafragma mendatar pada tinggi bidikan yang dikehendaki.
12. Skrup pengatur nivo tabung, berfungsi mengatur gelembung nivo tabung
13. Teropong alat baca sudut horizontal, berfungsi melihat bacaan sudut
horizontal
14. Pemokus bacaan sudut horizontal, untuk memperjelas skala bacaan sudut
horizontal
15. Kunci gerakaan horizontal, untuk mengunci agar teropong tidak berputar atau
bergerak kearah horizontal dan memfungsikan gerakan halus horizontal
16. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, untuk menggerakkan bidikan atau
benang diafragma tegak ke arah horizontal sehingga tepat ke sasaran.
17. Vernier, untuk menghimpitkan skala atas dan bawah pada bacaan sudut
horizontal dan sebagai tambahan bacaan sudut horizontal dalam satuan menit atau
centigridnya
18. Sumbu tegak atau sumbu ke satu, berfungsi agar teropong dapat berputar ke
arah horizontal
19. Nivo kotak, berfungsi sebagai vertikalnya sumbu kesatu
20. Tiga skrup pendatar, untuk sebagai pengatur nivo kotak
21. Kunci Bousol, untuk mengunci atau melepaskan kuncian dari lingkaran
horizontal berskala sebagai penunjuk bacaan sudut horizontal yang dapat
bergerak seperti kompas. Bila kunci Bousul di buka bacaan sudut horizontal
menunjukkanbacaan azimuth dari arah tersebut
22. Bousol, berfungsi sebagai kompas bidikan atau bacaan sudut azimuth dari
arah bidikan
IV. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Teodolit
Sama dengan alat ukur waterpas, ada 4 tahap kegiatan dalam mengoperasikan alai
ini, yaitu:
(1) Memasang alat di atas kaki tiga
Caranya sama dengan pada alat ukur waterpas
(2) Mendirikan Alat
Pengertian mendirikan alat juga sama dengan pada waterpas, namun syaratnya agak
berbeda. Untuk teodolit syaratnya yang harus dipenuhinya adalah :
a. Sumbu kesatu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah (sama dengan pada waterpas)
b. Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang diperlihatkan oleh gelembung
nivo tabung ada di tengah
(3) Membidikan Alat
Maksud dan caranya sama dengan pada alat ukur waterpas, sedikit perbedaannya
adalah pada teodolit karena teropong tidak selalu harus dalam keadaan mendatar,
maka benang mendatar dapat diatur kedudukan bacaannya sesuai keinginan pemakai,
misalnya disamakan dengan tinggi alat.
(4) Membaca Hasil Pembidikan
Pembacaan hasil pembidikan juga sama dengan pada alat ukur waterpas, yaitu
bacaan rambu ukur dan bacaan sudut. Perbedaan hanya ada pada penampilan bacaan
sudut dan sudut yang dibaca bukan hanya sudut horizontal saja tetapi juga sudut
vertikal.
C. Total Station
Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektornik
antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (electronic distance
measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan
gelombang elektromagnetik sinar infra merah sebagai gelombang pembawa sinyal
pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa prisma sebagai target
(alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM).
Rekomendasi Pemakaian :
A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik itu
tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya pinjam
pakai dan tukar menukar kawasan hutan.
B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh :
rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari
pengukuran menggunakan Total Station juga.
Untuk mengenal alat Total Station secara mendalam dapat dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan alat ukur Theodolit T0. Theodolit T0 yang banyak
digunakan di Departemen Kehutanan adalah theodolit T0 kompas. Meskipun banyak
pabrikan dan variasi alat, namun dapat dibandingkan secara umum antara Total
Station dengan Theodolit T0 kompas, sebagai berikut :
1. Ketelitian bacaan ukuran sudut T0 yaitu : 1’ sedangkan Total Station jauh
lebih teliti yaitu : 1”? .
2. Ketelitian bacaan ukuran jarak T0 yaitu berkisar ± 1 Cm sedangkan Total
Station jauh lebih teliti yaitu berkisar antara 0,1 Cm – 0,01Cm.
3. Kemampuan jarak yang diukur oleh Total Station dengan prisma tunggal
rata-rata 3.000 meter, sedangkan jarak optimal T0 yaitu 200 meter dan sangat
subyektif dengan pembacaan masing-masing surveyor dalam membaca rambu ukur.
4. Sumber kesalahan yang bisa dieliminasi atau dihindari dalam pengukuran
dengan Total Station diantaranya yaitu kesalahan kasar (blunder). Kesalahan
blunder yaitu kesalahan yang diakibatkan karena kelalaian manusia, contoh
diantaranya yaitu : salah baca, salah tulis dan salah dengar. Kemampuan
membaca, menginterpolasi bacaan rambu ukur, menginterpolasi bacaan arah azimuth
kompas pada alat T0 setiap orang berbeda beda. Kondisi lelah pun bisa
mengakibatkan salah membaca dan salah mendengar. Sedangkan pada Total Station
bacaan arah, sudut dan bacaan jarak sudah ditampilkan otomatis pada tampilan
layar, bahkan dapat tersimpan secara otomatis dalam memori alat ukur.
5. Pengolahan data ukuran Total Station dilengkapi dengan software yang telah
disediakan oleh pabrikan, sehingga pengolahan data lebih cepat. Data ukuran
jarak, sudut, azimuth dan koordinat tersimpan di memory alat. Pada beberapa jenis
Total Station, sketsa titik-titik yang diukur dapat ditampilkan posisinya pada
layar monitor alat. Data ukuran dari T0 harus dicatat dan digambar pada buku
ukur, sehingga menambah waktu pekerjaan dibandingkan dengan Total Station. Akan
tetapi untuk tujuan backup data, dapat pula dilakukan pencatatan pada buku ukur
untuk data ukuran Total Station.
6. Format data hasil ukuran Total Station sudah bisa diaplikasikan langsung
dengan program GIS dan digabungkan dengan data GPS, sedangkan data hasil ukuran
T0 merupakan data mentah dan harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu.
7. Kesalahan Kolimasi (garis bidik tidak sejajar dengan sumbu II), kesalahan
index vertikal sudah diset Nol sehingga tidak perlu pengaturan lagi. Pada alat
T0 harus dilakukan pengecekan kolimasi dan index vertikal sebelum alat
digunakan, sehingga apabila terjadi kesalahan secepatnya dilakukan koreksi
sebelum alat tersebut dipakai dalam pengukuran di lapangan.
8. Pada proses pengukuran stake out atau pencarian titik atau rekonstruksi, Total
Station lebih memudahkan pelaksana dalam mencari titik-titik tersebut. Dengan
memasukan koordinat acuan titik dan data jarak dan sudut yang diketahui, maka
pencarian titik tersebut lebih mudah, karena alat Total Station menghitung
secara otomatis posisi prisma berdiri. Pada T0 harus dilakukan perhitungan
dengan kalkulator untuk mendapatkan posisi yang paling tepat.
9. Pada kondisi cahaya redup ataupun gelap, pengukuran masih bisa dilaksanakan
karena Total Station menggunakan teknologi infra merah, sedangkan dengan
Theodolit sangat sulit dilakukan khususnya dalam membaca rambu, serta membaca
sudut horisontal dan sudut vertikal.
10. Atraksi lokal yang disebabkan oleh benda-benda logam di sekitarnya
berpengaruh terhadap kondisi bacaan yang ditunjukan oleh kompas, Total Station
tidak dipengaruhi oleh atraksi lokal tersebut.
D. Meteran
Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk
pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita
ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau
rol, seperti terlihat pada Gambar
I. Kegunaan
Kegunaan utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak atau
panjang. Kegunaan lain yang juga pada dasarnya adalah melakukan pengukuran
jarak, antara lain (1) mengukur sudut baik sudut horizontal maupun sudut
vertikal atau lereng, (2) membuat sudut siku-siku, dan (3) membuat lingkaran.
II. Spesifikasi Alat
Meteran mempunyai spesifikasi antara lain :
(1) Satuan ukuran yang digunakan ada 2 satuan ukuran yang biasa digunakan,
yaitu satuan Inggris ( inch, feet, yard) dan satuan metrik ( mm, cm, m)
(2) Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm , inch atau feet
(3) Daya muai, yaitu tingkat pemuaian akibat perubahan suhu udara
(4) Daya regang, yaitu perubahan panjang akibat tegangan atau tarikan
(5) Penyajian angka nol. Angka atau bacaan nol pada meteran ada yang dinyatakan
tepat di ujung awal meteran dan ada pula yang dinyatakan pada jarak tertentu
dari ujung awal meteran.
III. Cara Menggunakan
Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran
ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk
hasil yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai
berikut:
a. Lakukan oleh 2 orang
b. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang
pertama
c. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik
meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka
meteran yang tepat di titik tersebut.
E. Kompas
Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran
berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnet yang
ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehinngga dalam keadaan mendatar jarum
magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah utara
atau selatan. Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk
menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik atau visir.
I. Kegunaan
Kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah untuk menentukan arah mata
angin terutama arah utara atau selatan sesuai dengan magnit yang digunakan.
Kegunaan lain yang juga didasarkan pada penunjukkan arah utara atau selatan
adalah (1) penentuan arah dari satu titik/tempat lain, yang ditunjukkan oleh
besarnya sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau
selatan, bergerak searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud, (2) mengukur
sudut horizontal dan (3) membuat sudut siku-siku.
II. Spesifikasi Alat
Alat ini mempunyai spesifikasi, antara lain:
(1). Jarum magnit yang digunakan sebagai patokan mengarah ke utara atau selatan
(2). Satuan skala ukuran sudut yang digunakan derajat atau grid
B4. Cara Menggunakan
Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke suatu tujuan dibedakan sesuai
dengan jenis kompas yang dipakai, yaitu :
(1) Untuk kompas tangan
a. Alat cukup dengan dipegang tangan di atas titik pengamatan
b. Atur agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan
bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah
c. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah/titik yang dimaksud.
(2) Untuk kompas statif
a. Kompas yang sudah dipasang di atas statif didirikan diatas titik
awal/pengamatan
b. Atur agar kompas dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan
bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah
c. Arahkan alat bidik/visir ke arah yang dituju. Baca angka skala lingkaran
yang menuju arah tersebut
Comments
Post a Comment